Selayang Pandang Tauhidul Afkar
Tauhidul Afkar yang lingkungan sekitar lebih dikenal dengan nama TeA (dibaca: Te-A) adalah nama sebuah Yayasan Pendidikan Islam (YAPISTA) yang berlokasi di Jl. Hanjawar – Pacet - Mariwati Kp. Cibadak Pst Girang RT. 001/001 Desa Sukanagalih Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur. Kode Pos: 43253 - Telp. +62 (0263) 253 3206.
Yayasan Pendidikan Islam Tauhidul Afkar yang selanjutnya disingkat dengan YAPISTA ini didirikan pada tahun 1972 oleh KH. Adang Rosyidin yang merupakan salah seorang tokoh agama di qoryah Cibadak Girang kelahiran Ciamis, 14 Agustus 1945. Beliau menikah dengan Hj. Aas Mukhlasoh, dan dikaruniai 10 orang Putra dan putri, yaitu:
(1). Masfiah (alm.)
(2). Ai Maskuroh - [Kepala MTs. Tauhidul Afkar]
(3). Ahmad Zaeni Miftah (alm.)
(4). Popi Syapi’ah
(5). Tuti Suryati
(6). Sihabudin - [Ketua Yayasan]
(7). Irfan Ilmi - [Kepala SMA Plus Tauhidul Afkar]
(8). Rifa Jamaludin - [Dosen UIN Salatiga - Jawa Tengah]
(9). Alisha Suryani, dan
(10). Idham Badrussalam.
Arti Nama Tauhidul Afkar (Yapista-TeA)
Nama Tauhidul Afkar diambil dari dua kata bahasa Arab, yaitu “Tauhid” dan “Afkar”. Tauhid artinya penyatuan atau pemusatan, sedangkan Afkar (bentuk jama dari fikr) artinya berbagai fikiran. Jadi secara bebas Tauhidul Afkar diartikan sebagai penyatuan atau pemusatan berbagai pemikiran.
“Pusatkan fikiran dan satukan”
Pemilihan Nama Tauhidul Afkar (Yapista-TeA)
Pemilihan nama Tauhidul Afkar untuk diambil ini didasarkan atas pemikiran berikut ini:
Pertama, paradigma masyarakat dan sebagian tokoh diwilayah tersebut tentang pendidikan yang terbagi dua, sebagian mereka lebih mempedulikan pendidikan agama dan mengacuhkan selainnya, sebagian yang lain justeru sebaliknya lebih peduli terhadap pendidikan umum dan melupakan pendidikan agama. Padahal senyatanya dalam Islam pemisahan dan pembedaan tersebut tidak ada. Hal ini sebagai mana sabda Nabi Muhammad SAW:
مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ, وَمَنْ أَرَادَ الأَخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ, وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ
“Barang siapa yang menginginkan dunia, maka wajiblah ia berilmu, barang siapa yang menginginkan akhirat, maka wajiblah ia berilmu, dan barang siapa yang menginginkan keduanya, maka wajiblah pula ia berilmu”.
Kedua, adanya persepsi masyarakat dan sebagian tokohnya yang berpendapat bahwa pendidikan formal seperti sekolah, pengenalannya adalah dunia, sedangkan tujuan utama hidup manusia adalah kehidupan akhirat. Hal tersebut tentu saja tidak seutuhnya benar, oleh karena memang perjalanan akhir kehidupan dunia adalah akhirat, namun perlu diingat bahwa kesuksesan kehidupan akhirat adalah kerja keras di dunia ini.
الدنيا مزرعة الأخرة
“dunia adalah kebunnya akhirat”
dan kalaulah boleh mengutip pernyataan seorang ilmuwan barat: “religion without knowledge is weak and knowledge without religion is blind” (Agama tanpa ilmu adalah lemah, dan ilmu tanpa agama adalah buta).
Kutipan ini ternyata senada dengan maqolah (perkataan) ulama, yaitu:
الدين بلا الدنيا لا يقوى والدنيا بلا الدين لا يبقى
terjemahnya: “agama tanpa dunia tidak akan kuat, dunia tanpa agama tidak akan selamat”
0 Komentar